Sabtu, 28 Maret 2015

TERPURUKNYA PEREKONOMIAN INDONESIA 2014


Perekonomian Indonesia menurut UUD 1945 pasal 33 mengatur suatu sistem ekonomi  yang dilandasi oleh prinsip-prinsip kebersamaan atau koperasi berdasarkan ideologi Pancasila.  Akan tetapi, dalam praktik sehari-hari pada masa pemerintahan orde baru dan hingga saat ini pola perekonomian nasional cenderung memihak sistem kapitalis, seperti di AS atau Negara-negara industri maju lainnya, yang karena pelaksanaanya tidak baik mengakibatkan munculnya kesenjangan ekonomi di tanah air yang terasa saat ini semakin besar, terutama setelah krisis ekonomi.
Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2014 dinilai dalam kondisi terpuruk. Kondisi dapat terjadi karena dipengaruhi oleh perekonomian dunia yang cenderung tidak stabil.
Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ) M Riza Damanik menyebutkan, terdapat dua penyebab yang membuat kondisi perekonomian nasional terpuruk. Penyebab itu adalah kenaikan harga minyak dunia yang mendorong subsidi membengkak serta merosotnya nilai tukar rupiah yang melipat gandakan nilai utang luar negeri. Diketahui bahwa data Bank Indonesia menunjukkan posisi surat utang negara sampai dengan Oktober 2013 mencapai Rp 915,175 triliun. Sementara posisi utang luar negeri pemerintah USD 123,212 miliar. Dengan demikian pada tingkat kurs 12.000 maka total utang pemerintah secara keseluruhan adalah Rp 1.478,544 triliun utang luar negeri ditambah Rp. 915,175 triliun utang dalam negeri. Sehingga utang pemerintah keseluruhan adalah Rp 2.393,719 triliun, belum lagi pemerintah yang malah menambah utang mencapai Rp 345 triliun pada tahun 2014. Sebanyak Rp 205 triliun akan ditarik melalui surat berharga untuk menutup defisit fiskal 2014 dan sisanya sebanyak Rp 140 triliun digunakan untuk melunasi utang lama yang jatuh tempo.
Cara Pemerintah mengatasi masalah dengan menumpuk utang inilah yang akan semakin menambah masalah perekonomian di masa yang akan datang, memperburuk fundamental ekonomi dan meningkatkan kerentanan nilai tukar mata uang Indonesia. Hal inilah yang paling membahayakan karena negara semakin tenggelam dalam cengkraman bangsa lain karena masalah utang.
Ditambah dengan masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), supermasi hukum, hak azasi manusia (HAM) yang merupakan warisan dari rezim orde lama pun semakin sulit saja dan semakin terasa tidak mungkin untuk dapat diselesaikan karena terlalu lemahnya sistem Pemerintahan dan Hukum di Negara ini, belum lagi masalah-masalah lainnya seperti, kemiskinan, pengangguran, masalah pangan yang juga dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia dan membuat kondisi Indonesia terus berada dalam keterpurukan.
            Entah bagaimana lagi cara Bangsa Indonesia untuk dapat bangkit dan  memperbaiki Perekonomian di Indonesia. Bahkan janji dan sumpah pun hanya menjadi mainan untuk dapat menduduki Jabatan tinggi di Negara ini. Seharusnya kita harus belajar dai sifat Para Pahlawan yang bahkan rela mengorbankan nyawanya hanya untuk kemerdekaan Bangsa ini. Dan tanpa berfikir sedikitpun untuk mendapatkan kedudukan bahkan harta untuk kepentingannya sendiri.
Maka dari itu, saya sangat berharap kepemimpinan yang baru ini dapat membangkitkan kembali perekonomian nasional dan menuntaskan semua permasalahan yang ada di Indonesia. Pemimpin negara harus memiliki komitmen tinggi untuk memperkuat kedaulatan ekonomi nasional Indonesia, dan seharusnya pemerintah lebih mendukung produktivitas pangan nasional dengan dukungan politik anggaran yang pro terhadap pertanian, perikanan dan usaha kecil menengah. Seperti yang kita ketahui perekonomian Indonesia paling besar adalah didukung oleh sektor indutri atau usaha kecil menengah. Jadi, lebih baik kita tingkatkan terus kualitas negara ini, dan tidak bergantung kepada negara lain.
Indonesia kaya, Indonesia mampu, Indonesia punya banyak orang hebat, saya percaya dengan keadaan Indonesia sekarang ini, pemerintah dan masyarakat dapat belajar, dan bersatu untuk Indonesia yang lebih baik. :)

Sumber :