BAB 1
PENDAHULUAN : ETIKA SEBAGAI TINJAUAN
PENGERTIAN
ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani
yaitu “ethikos”, yang artinya “timbul dari kebiasaan”. Etika ialah suatu
sesuatu yang di mana dan bagaimana suatu cabang utama filsafat yang mempelajari
suatu nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai suatu standar dan
penilaian moral. Jadi etika ialah suatu kebiasaan tata cara dalam berprilaku
didalam lingkungan masyarakat.
PENGERTIAN
ETIKA MENURUT PARA AHLI
DR.
James J. Spillane SJ
Etika
adalah mempertimbangkan atau memperhatikan perilaku manusia dalam mengambil
suatu keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada
penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau
salahnya dan perilaku seorang pada orang lain.
Drs.
H. Burhanudin Salam
Mengungkapkan
bahwa etika adalah suatu cabang pengetahuan filsafat yang berbicara tentang
nilai -nilai dan etika yang bisa menentukan tingkah laku manusia dalam
kehidupannya.
K.
Bertens
Etika
adalah nilai serta etika moral sebagai acuan untuk manusia dengan cara individu
maupun golongan dalam mengatur segala tingkah lakunya.
Ahmad
Amin
Mengemukakan
bahwa etika adalah satu pengetahuan yang menjelaskan tentang arti baik dan
buruk serta apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, juga menyatakan satu
tujuan yang perlu diraih manusia dalam perbuatannya serta menunjukkan arah
untuk melakukan apa yang seharusnya didilakukan oleh manusia.
Hamzah
Yakub
Etika
adalah pengetahuan yang menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik dan buruk
serta memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat di ketahui oleh
akal pikiran.
Aristoteles
Mengemukakan
etika kedalam dua pengertian yaitu : Terminius Technicus & Manner and
Custom. Terminius Technicus adalah norma dipelajari sebagai ilmu dan
pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.
Sedangkan yang kedua yaitu, manner and custom adalah suatu pembahasan etika
yang terkait dengan tata cara & etika kebiasaan yang melekat dalam kodrat
manusia (in herent in human nature) yang begitu terikat dengan arti “baik &
buruk” suatu tingkah laku, perilaku atau perbuatan manusia.
Maryani
dan Ludigdo
Mengemukakan
etika sebagai seperangkat etika, ketentuan atau dasar yang mengatur semua
tingkah laku manusia, baik yang perlu dikerjakan serta yang perlu ditinggalkan
yang diyakini oleh sekumpulan orang-orang atau segolongan orang-orang.
Menurut
KBBI
Etika
adalah pengetahuan mengenai baik serta buruknya tingkah laku, hak serta keharusan
moral ; sekumpulan asa atau nila-nilai yang terkait dengan akhlak ; nilai
tentang benar atau salahnya perbuatan atau tingkah laku yang dianut masyarakat.
JENIS-JENIS
ETIKA DALAM PROFESI
Etika filosofis
Etika
filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis
sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani yakni:
“philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kebenaran atau
kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang menguraikan pokok-pokok etika
atau moral menurut pandangan filsafat. Dalam filsafat yang diuraikan terbatas
pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban, maslah nilai-nilai moral secara
mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral dan kemanusiaan secraa mendalam
dengan menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa.
Etika teologis
Etika
teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk berdasarkan
ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral sebagai:
·
Perbuatan-perbuatan
yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai dengan kehendak Tuhan.
·
Perbuatan-perbuatan
sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
·
Perbuatan-perbuatan
sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
Orang
beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu dibangun tanpa agama
atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber
pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab suci.
Etika sosiologis
Etika
sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan pada
keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis
memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan
hidup bermasyarakat. Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan
pembicaraan tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam
hubungannya dengan masyarakat.
FUNGSI
ETIKA
- Tempat untuk mendapatkan orientasi kritis yang berhadapan dengan berbagai suatu moralitas yang membingungkan.
- Untuk menunjukan suatu keterampilan intelektual yakni suatu keterampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis.
- Untuk Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil suatu sikap yang wajar dalam suasana pluralisme.
MANFAAT
ETIKA
- Dapat menolong suatu pendirian dalam beragam suatu pandangan dan moral.
- Dapat membedakan yang mana yang tidak boleh dirubah dan yang mana yang boleh dirubah.
- Dapat menyelesaikan masalah-masalah moralitas ataupun suatu sosial lainnya yang membingungkan suatu masyarakat dengan suatu pemikiran yang sistematis dan kritis.
- Dapat menggunakan suatu nalar sebagai dasar pijak bukan dengan suatu perasaan yang bikin merugikan banyak orang. Yaitu Berpikir dan bekerja secara sistematis dan teratur ( step by step).
- Dapat menyelidiki suatu masalah sampai ke akar-akarnya bukan karena sekedar ingin tahu tanpa memperdulikannya
TEORI ETIKA
1.
Egoisme
Rachels (2004)
memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu egoisme
psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat
diri. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri
sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan
tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap
orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak
selalu merugikan kepentingan orang lain.
2.
Utilitarianisme
Utilitarianisme
berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata
Inggris utility yang berarti bermanfaat (Bertens, 2000).
Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik jika membawa manfaat bagi
sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat
terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”. Perbedaan
paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan
individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang
banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat). Paham utilitarianisme
dapat diringkas sebagai berikut :
o
Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat,
tujuan atau hasilnya).
o
Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang
penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
o
Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
3.
Deontologi
Istilah
deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti
kewajiban. Paham deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak
ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan
tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk
menilai etis atau tidaknya suatu tindakan. Suatu perbuatan tidak pernah menjadi
baik karena hasilnya baik. Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk
membenarkan suatu tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang
merampok kekayaan orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.
4.
Teori Hak
Dalam pemikiran
moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak
dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak
berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan
dua sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan
terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya,
karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini
sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas
tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas
martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak
sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak sekarang begitu
populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang
memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual siapapun tidak pernah
boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.
5.
Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Disamping
teori-teori ini, mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak menyoroti
perbuatan, tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku moral. Teori
tipe terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap
atau akhlak seseorang. Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori
keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat
sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma. Namun demikian,
dalam sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan sesuatu yang baru.
Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah dimulai pada
waktu filsafat Yunani kuno.
6.
Teori Etika Teonom
Sebagaimana
dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang ingin
dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk
memperoleh kebahagiaan surgawi. Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat
risten, yang mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki
oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara
moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia
dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaimana
dituangkan dalam kitab suci.
ETIKA ABAD KE-20
- Arti Kata “Baik” Menurut George Edward Moore
- Tatanan Nilai Max Scheller
- Etika Situasi Joseph Fletcher
- Pangdangan Penuh Kasih Iris Murdoch
- Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner
- Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas
- Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre
Referensi:
Sukrisno, Agoes
dan Ardana. 2011. Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Salemba Empat: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar