BUDAYA SOPAN SANTUN ( AKAN ) LUNTUR
Bahasa dan sopan santun menunjukkan cerminan pribadi
seseorang. Sifat atau watak pribadi seseorang dapat dilihat dari perkataan yang
ia ucapkan maupun penampilan diri. Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan,
santun, sistematis, teratur, jelas, dan lugas mencerminkan pribadi yang
berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan bahasa yang kasar, menghakimi,
menghujat, memaki, memfitnah, mendiskreditkan, memprovokasi, mengejek, atau
melecehkan, akan mencitrakan pribadi yang kurang berbudi. Begitu pula dengan
penampilan pakaian seseorang, jika ia tak mampu menyesuaikan pakaian dalan
situasi tertentu, hal itu menjadikan orang itu tidak mampu menerapkan prinsip
kesopanan.
Dalam kehidupan modern ini tampaknya remaja sekarang cenderung
kehilangan etika dan sopan santun terhadap teman, orangtua, guru atau orang
lain yang lebih tua. Berbagai faktor dapat mempengaruhi hal ini. Paparan
negatif media televisi, internet dan media elektronika lainnya ternyata dapat
meningkatkan kekerasan dan agresifitas anak. Dewasa ini kondisi lingkungan
sering mengabaikan nilai edukasi moral, etika, sopan santun dan sering
mencontohkan kebohongan dan kekerasan baik verbal maupun non verbal tentunya
berpengaruh pada perilaku anak dan remaja.
Berbagai kejadian buruk sering dilaporkan bahwa remaja
sering melecehkan, perkelahian atau tawuran dengan sesama temannya. Anak
membentak orangtua atau anak menyumpahi orangtuanya. Bahkan kejadian tragis
sering kita amati di televisi yaitu ada seorang anak yang tega membunuh ibunya
atau ayahnya. Hal ini disebabkan karena budaya sopan kiranya mulai luntur dalam
lingkungan masyarakat kita.
Dalam budaya ketimuran, berjalan melewati orangtua, guru
atau orang yang lebih tua saja harus membungkuk. Sedangkan membantah atau berkata
keras saja kepada guru atau orangtua sudah merupakan tindakan buruk. Memang,
untuk hormat kepada orangtua tidak harus menyembah terlalu dalam, tetapi paling
tidak etika dan kesopanan terhadap orangtua, guru atau orang lebih tua harus
tetap dijunjung tinggi.
Secara etimologis sopan santun berasal dari dua buah kata,
yaitu kata sopan dan santun. Keduanya telah bergabung menjadi sebuah kata
majemuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopan pantun dapat diartikan
sebagai berikut: Sopan berarti hormat dengan tak lazim, tertib menurut adab
yang baik, sedangkan Santun berarti halus dan baik (budi bahasanya, tingkah
lakunya); sopan, sabar; tenang. Atau bisa dikatakan cerminan psikomotorik
(penerapan pengetahuan sopan ke dalam suatu tindakan). Jika digabungkan kedua
kalimat tersebut,sopan santun adalah pengetahuan yang berkaitan dengan
penghormatan melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang
baik, sesuai dengan tata karma, peradaban, dan kesusilaan.
Suatu tindakan yang baik jika kita harus sopan di mana saja,
kapan saja dan dalam kondisi apapun. Apalagi kita hidup dalam budaya Timur yang
sarat akan nilai-nilai kesopanan, sehingga seharusnya kita berpatokan dalam
budaya timur dan berpedoman pada sopan santun ala timur. Sopan santun itu bukan
warisan semata dari nenek moyang, lebih dari itu, dia sudah menjadi kepribadian
kita. Memang kadar kesopanan yang berlaku dalam setiap masyarakat berbeda–beda,
tergantung dari kondisi sosial setempat. Dan permasalahan ini sangat komplek
karena berkaitan dengan faktor dalam dan luar seseorang yang menyebabnya
lunturnya nilai sopan seseorang.
Keadaan sekarang ini yang secara realita kebudayaan terus
berubah karena masuknya budaya barat akan sulit mempertahankan kesopanan di
semua keadaan ataupun di semua tempat. Misalnya saja sopan santun dalam tutur
kata. Di barat, anak-anak yang sudah dewasa biasanya memanggil orang tuanya
dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia sendiri panggilan tersebut sangat
tidak sopan karena orang tua umurnya lebih tua dari kita dan kita harus
memanggilnya bapak ataupun ibu.
Kemudian sopan santun dalam berpakaian, di luar negeri orang
yang berpakaian bikini di pantai bagi mereka wajar. Tapi bagi kita berpakaian
seperti itu sangat tidak sopan karena dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan.
Selanjutnya Sopan santun dalam bergaul, di barat jika kita bertemu teman yang
berlawanan jenis kita boleh mencium bibirnya, tetapi di Indonesia hal tersebut
sangat bertentangan dengan kesusilaan. Oleh karena kebudayaan yang masuk tidak
tersaring sepenuhnya menyebabkan lunturnya sopan santun.
Sedangkan luarnya ada pada diri sendiri, keluarga,
lingkungan tempat nongkrong, lingkungan sekolah, ataupun media massa.
Pengetahuan tentang sopan santun yang didapat di sekolah mungkin sudah cukup
tapi dilingkungan keluarga ataupun tempat tongkrongan dan media massa kurang
mendukung tindakan sopan di semua tempat ataupun sebaliknya, sehingga membuat
tindakan sopan yang dilakukan oleh anak-anak atau pun remaja hanya dalam
kondisi tertentu. Misalnya penyebutan nama bagi yang umurnya lebih tua masih
dianggap tidak sopan sehingga mereka memanggil kakak, mbak, kangmas ataupun
yang lain.
Marilah kita mulai dari sekarang untuk membudayakan sopan
dalam lingkungan kita yang terkecil terlebih dahulu lalu berlanjut ke lingkungan
di atasnya. Kita dapat memulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah.
Kalau tidak sekarang kapan lagi, karena semakin lama kita berubah semakin cepat
budaya sopan santun mungkin akan luntur dengan adanya era keterbukaan dari
barat, jika kita tidak mampu menyelesaikannya.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar